Senin, 06 Maret 2017

KEBODOHAN MEMBUNUH PEMILIKNYA



الجاهلون فموتى قبل موتهم # والعالمون وان ماتوا فاحياء
Syeikh Hasan Bin Ali Al Marghinan bersyair “orang yang bodoh mati sebelum Ia mati – orang berilmu meskipun Ia mati Ia hidup”.
Syair ini cukup mengena saat saya membacanya, seperti ada gambaran bagaimana saya telah menyia – nyiakan umur saya untuk kemalasan, meninggalkan belajar demi bermain atau hal lainnya. Sedangkan kita sendiri sadar bahwa hidup tak akan pernah berulang. Dan jika...
Dan jika kelak kita mati, nama kita lambat laun akan menghilang dari ingatan – ingatan. Sama seperti bagaimana salah seorang teman seangkatan saya di sekolah kejuruan dulu yang mati dan meninggalkan kehebohan karena ketidak-wajaran di kematiannya (saya tak akan menceritakan detailnya) atau tetangga saya yang mati karena kecelakaan, sakit yang tiba – tiba, tua atau yang lainnya. Dan bahkan saya tak lagi mengingat siapa saja tetangga saya yang sudah meninggal.
Nama – nama itu lambat laun menghilang dari ingatan – ingatan.
Waktu, dengan cepat ataupun lambat pasti akan menghapus nama kita dari daftar nama yang ada di ingatan orang – orang. Kecuali jika...
Kecuali jika kita tak dilupakan. Bagaimana? Bagaimana agar kita tak dilupakan?
Darwin tak pernah dilupakan. Orang yang hidup berabad lalu, yang menciptakan teori bahwa manusia bernenek-moyangkan kera. Dia tak pernah dilupakan, meskipun teorinya salah. Thomas alpha akan selalu dingingat setiap kali lampu berpijar di malam hari. Graham bell akan selalu diingat setiap kali telepon berdering.
***
Kawan seangkatan saya yang lain beberapa saat lalu meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Beberapa hari sebelumnya Ia membuat tulisan singkat tentang bagaimana jejak – jejak yang Ia buat akan menjadi kenangan. Dan sekarang menjadi kenangan. Saya dan kawan – kawan yang lain melayat ke rumah orang tuanya dan melihat, bagaimana orang – orang mengenangnya. Para tetangga, rekan – rekan IPNU, rekan – rekan PRAMUKA, murid – muridnya di sekolah menangah, para guru, dan beberapa orang yang memiliki kisah bersamanya. Dia adalah orang yang cakap, aktif pada beberapa organisasi dan berdedikasi penuh atas apa yang Ia jalani. Pandai bergaul dan tentu saja memiliki begitu banyak teman.
Pertanyaannya adalah, apakah beberapa minggu lagi, beberapa bulan kedepan atau beberapa tahun kemudian, orang – orang akan tetap mengingat senyum tulusnya, mengingat dedikasi yang ia berikan atau kesetia-kawanan yang membuat orang – orang disekitarnya bahagia? Setidaknya beberapa orang akan mengingatnya lebih lama dari temanku yang pertama. Setidaknya untuk beberapa saat. Meskipun mereka, termasuk aku tak mengingatnya seumur hidup.
Baik. Pembicaraan kita sudah makin dalam pada perasaan tapi jauh pada topik utama.
Yang akan saya tulis disini adalah bagaimana kita menggunakan hidup kita yang hanya sekali ini untuk hal – hal yang bermanfaat. Tak perlu muluk – muluk, paling tidak bermanfaat untuk diri kita sendiri. Jika kita tau hidup cuma sekali kenapa menyia – nyiakannya? Jika umur tak pernah bisa diulangi mengapa dibuang begitu saja?
Ada banyak hal untuk membuat orang mengingat kita. Misalnya, ambil seutas tali kaitkan pada dua gedung berlantai tujuh puluh dua dan berjalan diatasnya, pasti orang – orang akan mengingat. Atau tiba – tiba masuk ke mobil presiden saat iring – iringan kunjungan lewat di depanmu, pasti orang – orang akan mengingat.
Tapi ayolah, kita tak mungkin bertingkah sekonyol itu hanya agar orang – orang mengingat kita bukan?
Tahu manusia yang diingat bahkan setelah empat belas abad berlalu? Manusia paling arif paling bijaksana dimuka bumi? Yang bahkan namanya selalu diagung – agungkan di setiap tempat dan waktu, orang – orang akan berseru saat sekali saja namanya disebut.
Muhammad SAW.
Itulah yang dimaksud والعالمون وان ماتوا فاحياء
Orang yang berilmu, bahkan jika Ia mati Ia akan tetap hidup.
Karena nabi kita pada hakikatnya tetap hidup, di hati kita di akal kita bahkan di alam bawah sadar kita. Dia adalah contoh yang sempurna, yang bahkan hanya dengan mendengar namanya kita bisa merasakan rindu kepada manusia yang tak pernah kita tahu wajahnya.
Seperti itulah, orang yang berilmu akan selalu diingat, Thomas Alpha, Darwin, Graham Bell, Einstein, Syafii, Hanafi, Maturidy, Hambali, Bukhori, Muslim, Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Nabi Muhammad SAW. Mungkin kita tak akan lebih diingat dari mereka, terlebih Nabi. Tapi semua tergantung kita, ingin dikenang sebagai orang yang berilmu atau sekedar pernah hidup dan kemudian hilang dari ingatan – ingatan.
Sekian tulisan singkat saya kali ini, semoga bermanfaat.
Terutama untuk saya sendiri. ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar