الجاهلون فموتى قبل موتهم # والعالمون وان ماتوا فاحياء
Syeikh Hasan Bin Ali Al Marghinan bersyair “orang yang bodoh mati
sebelum Ia mati – orang berilmu meskipun Ia mati Ia hidup”.
Syair ini cukup mengena saat saya membacanya, seperti ada gambaran bagaimana
saya telah menyia – nyiakan umur saya untuk kemalasan, meninggalkan belajar
demi bermain atau hal lainnya. Sedangkan kita sendiri sadar bahwa hidup tak
akan pernah berulang. Dan jika...
Dan jika kelak kita mati, nama kita lambat laun akan menghilang dari
ingatan – ingatan. Sama seperti bagaimana salah seorang teman seangkatan saya
di sekolah kejuruan dulu yang mati dan meninggalkan kehebohan karena ketidak-wajaran
di kematiannya (saya tak akan menceritakan detailnya) atau tetangga saya
yang mati karena kecelakaan, sakit yang tiba – tiba, tua atau yang lainnya. Dan
bahkan saya tak lagi mengingat siapa saja tetangga saya yang sudah meninggal.
Nama – nama itu lambat laun menghilang dari ingatan – ingatan.
Waktu, dengan cepat ataupun lambat pasti akan menghapus nama kita dari
daftar nama yang ada di ingatan orang – orang. Kecuali jika...
Kecuali jika kita tak dilupakan. Bagaimana? Bagaimana agar kita tak
dilupakan?
Darwin tak pernah dilupakan. Orang yang hidup berabad lalu, yang
menciptakan teori bahwa manusia bernenek-moyangkan kera. Dia tak pernah
dilupakan, meskipun teorinya salah. Thomas alpha akan selalu dingingat
setiap kali lampu berpijar di malam hari. Graham bell akan selalu diingat
setiap kali telepon berdering.
***
Kawan seangkatan saya yang lain beberapa saat lalu meninggal karena
kecelakaan lalu lintas. Beberapa hari sebelumnya Ia membuat tulisan singkat
tentang bagaimana jejak – jejak yang Ia buat akan menjadi kenangan. Dan
sekarang menjadi kenangan. Saya dan kawan – kawan yang lain melayat ke rumah
orang tuanya dan melihat, bagaimana orang – orang mengenangnya. Para tetangga,
rekan – rekan IPNU, rekan – rekan PRAMUKA, murid – muridnya di sekolah
menangah, para guru, dan beberapa orang yang memiliki kisah bersamanya. Dia
adalah orang yang cakap, aktif pada beberapa organisasi dan berdedikasi penuh
atas apa yang Ia jalani. Pandai bergaul dan tentu saja memiliki begitu banyak
teman.
Pertanyaannya adalah, apakah beberapa minggu lagi, beberapa bulan
kedepan atau beberapa tahun kemudian, orang – orang akan tetap mengingat senyum
tulusnya, mengingat dedikasi yang ia berikan atau kesetia-kawanan yang membuat
orang – orang disekitarnya bahagia? Setidaknya beberapa orang akan mengingatnya
lebih lama dari temanku yang pertama. Setidaknya untuk beberapa saat. Meskipun
mereka, termasuk aku tak mengingatnya seumur hidup.
Baik. Pembicaraan kita sudah makin dalam pada perasaan tapi jauh pada
topik utama.
Yang akan saya tulis disini adalah bagaimana kita menggunakan hidup kita
yang hanya sekali ini untuk hal – hal yang bermanfaat. Tak perlu muluk – muluk,
paling tidak bermanfaat untuk diri kita sendiri. Jika kita tau hidup cuma
sekali kenapa menyia – nyiakannya? Jika umur tak pernah bisa diulangi mengapa
dibuang begitu saja?
Ada banyak hal untuk membuat orang mengingat kita. Misalnya, ambil
seutas tali kaitkan pada dua gedung berlantai tujuh puluh dua dan berjalan
diatasnya, pasti orang – orang akan mengingat. Atau tiba – tiba masuk ke mobil
presiden saat iring – iringan kunjungan lewat di depanmu, pasti orang – orang
akan mengingat.
Tapi ayolah, kita tak mungkin bertingkah sekonyol itu hanya agar orang –
orang mengingat kita bukan?
Tahu manusia yang diingat bahkan setelah empat belas abad berlalu?
Manusia paling arif paling bijaksana dimuka bumi? Yang bahkan namanya selalu
diagung – agungkan di setiap tempat dan waktu, orang – orang akan berseru saat
sekali saja namanya disebut.
Muhammad SAW.
Itulah yang dimaksud والعالمون وان
ماتوا فاحياء
Orang yang berilmu, bahkan jika Ia mati Ia akan tetap hidup.
Karena nabi kita pada hakikatnya tetap hidup, di hati kita di akal kita
bahkan di alam bawah sadar kita. Dia adalah contoh yang sempurna, yang bahkan
hanya dengan mendengar namanya kita bisa merasakan rindu kepada manusia yang
tak pernah kita tahu wajahnya.
Seperti itulah, orang yang berilmu akan selalu diingat, Thomas Alpha,
Darwin, Graham Bell, Einstein, Syafii, Hanafi, Maturidy, Hambali, Bukhori,
Muslim, Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Nabi Muhammad SAW. Mungkin kita tak akan
lebih diingat dari mereka, terlebih Nabi. Tapi semua tergantung kita, ingin
dikenang sebagai orang yang berilmu atau sekedar pernah hidup dan kemudian
hilang dari ingatan – ingatan.
Sekian tulisan singkat saya kali ini, semoga bermanfaat.
Terutama untuk saya sendiri. ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar