Suatu saat Nabi dan beberapa
shohabat duduk dalam sebuah majlis, kemudian datang seorang pria dengan baju
yang putih bersih dan rambut yang hitam legam.
“Andaikan dia adalah orang yang
datang dari negeri yang jauh kenapa pakaiannya tak lusuh, mukanya bersih dan
rambutnya tak kusut? Jika di datang dari tempat yang dekat kenapa tak satupun
dari kita mengenalnya?”
Kemudian pria itu duduk tepat
dihadapan nabi, menyandarkan lututnya kepada lutut nabi dan meletakkan
tangannya diatas kedua paha nabi lantas bertanya
“wahai Muhammad, jelaskan padaku
apa itu Islam?”
“Islam adalah ketika engkau
mengucap dua kalimat syahadat, mendirikan sholat, berpuasa pada bulan ramadlan,
membayar zakat dan berhaji bagi yang mampu” jawab Nabi.
“engkau benar” sahut pria itu.
Para shohabat terheran “beraninya
dia bertanya kepada Nabi dan kemudian membenarkan jawaban Nabi”
“jelaskan padaku apa itu Iman?”
pria itu kembali bertanya
“Iman adalah ketika engkau
percaya kepada Allah, para malaikat Allah, kitab-kitab Allah, para utusan Allah,
hari kiamat serta Qodlo’ dan Qodar Allah baik itu ketetapan yang baik ataupun
buruk”
“engkau benar” kata pria itu
Para shohabat kembali heran
dengan tingkah laku pria tak dikenal itu.
“jelaskan padaku apa itu Ihsan?”
“ihsan adalah ketika engkau
beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat Allah, atau jika engkau tak
melihat-Nya. Allah tetap melihatmu”
“kapan terjadi hari Kiamat?
“tidaklah yang ditanya lebih tahu
dari yang bertanya” jawab Nabi
“kalau begitu jelaskan padaku
tanda-tandanya”
“kau akan melihat budak wanita
(ammat) melahirkan tuannya, orang-orang bertelanjang kaki, bertelanjang tubuh,
fakir, menggembala kambing sedangkan mereka berlomba-lomba meninggikan
bangunan”
Kemudian pria tak dikenal itu
pergi dari majlis ini. Beberapa saat para shohabat terdiam karena masih heran
dengan apa yang barusan dilihat oleh mereka.
“wahai Umar,” Nabi Muhammad
bertaya kepada Shohabat Umar bin Khattab “tahukah engkau siapa yang baru saja
datang tadi?”
“Allah SWT dan utusannyalah yang
tahu” jawab Umar
“dia adalah malaikat Jibril, dia
datang kesini untuk mengajarkan agama secara langsung”
.....................
Kisah diatas disebutkan dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim, ditulis sebagai hadits kedua
dalam kitab Arba’in Nawawi yang kembali saya pelajari dalam ramadlan tahun ini.
tahun 1438 Hijriyah.
Dalam hadits tersebut Nabi
menjelaskan tentang:
1. Islam
2. Iman
3. Ihsan
4. Tanda-tanda hari kiamat
Saya fikir poin-poin dalam Islam,
Iman dan Ihsan sudah cukup mudah dipahami. Atau mungkin jika saya berkesempatan,
insya allah saya akan membuat artikel lain yang membahas ketiga hal tersebut.
Dalam artikel ini saya akan
menjelaskan tanda hari kiamat dalam hadits diatas, karena menurut saya jika
hanya membaca hadits diatas sekilas masih tampak rancu. Kemudian saya
menanyakan maksud dari poin terakhir hadits diatas kepada Ustadz saya. Bukan
Ustadz google tentunya. Berikut penjelasan singkatnya.
“kau akan melihat budak wanita
(ammat) melahirkan tuannya, orang-orang bertelanjang kaki, bertelanjang tubuh,
fakir, menggembala kambing sedangkan mereka berlomba-lomba meninggikan
bangunan”
Budak wanita atau dalam bahasa arab disebut ammat melahirkan budaknya.
Ini berarti ketika seorang wanita melahirkan anak-anak mereka, ketika anak-anak
itu tumbuh besar dan menjadi orang yang sukses nan kaya, mereka menjadikan ibu
mereka sebagai budak dalam bahasanya pembantu. Meskipun tidak akan ada yang
mengaku bahwa mereka menjadikan ibunya sebagai pembantu, namun kita semua
mengerti bahwa sekarang ini telah banyak orang-orang menjadi kaya dan
memperlakukan ibunya sebagai pembantu. Na’udzu billah min dzalik.
Meskipun miris, tapi inilah yang disebutkan dalam hadits. Para ibu
membesarkan anak-anaknya dengan susah payah dalam kemiskinan, namun ketika
beranjak dewasa dan menjadi kaya anak ini justru memperlakukan ibunya seperti
budak. Menganggap bahwa apa yang diperoleh mereka semata-mata adalah kerja
keras mereka sendiri. Semoga kita semua terhindar dari sifat ahli neraka ini.
Amin ...
Yang kedua, orang-orang bertelanjang kaki, bertelanjang tubuh. Maksudnya
adalah keadaan yang seperti sekarang ini. Orang-orang menganggap mereka telah
berbusana padahal sebenarnya mereka masih telanjang. Berpakaian dengan kain
yang bahkan tak cukup untuk menutupi tubuhnya, atau mereka merasa telah menutup
aurot padahal mereka memperlihatkan lekuk tubuhnya.
Berpakaian bukan sekedar membungkus diri tapi menutup diri. Apa
perbedaannya? Membungkus berarti kita masih dapat melihat bentuk isinya seperti
jika diumpamakan makanan, seperti sosis yang terbungkus tapi masih nampak
bentuk sosisnya itu sendiri, memangnya mau diumpamakan seperti sosis?
Atau baju longgar tapi masih tetap nampak bentuk tubuhnya jika diumpamakan
makanan, seperti cilok yang dibungkus plastik bening yang jelas terbungkus tapi
masih terlihat bentuk ciloknya. Masa iya kita ini sama seperti cilok?
Untuk tahu bagaimana syariat berpakaian yang benar, mari sama-sama kita kembali
mencari ilmu dari para asatidz, jangan hanya sekedar mengikuti trend yang belum
tentu sesuai dengan syariat.
Selanjutnya kalimat “fakir,
menggembala kambing”. Pada bulan ramadlan telah menjadi tradisi suatu
fenomena sosial dimana orang-orang akan berbondong-bondong datang ke
makam-makam para wali bukan untuk berziarah melainkan untuk mengemis, padahal
belum tentu orang yang memberi lebih kaya dari yang mengemis. Saya tidak akan
membahas pahala orang yang memberi, tidak. Yang saya sayangkan adalah mental
orang-orang yang lebih suka meminta-minta dengan memanfaatkan momen bulan
ramadlan yang faktanya orang akan lebih
mudah bersedekah pada bulan ini. Dan hal ini tidak berhenti pada bulan ramadlan
saja. Aktivitas para pengemis di kota-kota besar lebih terorganisir. Hal ini
sangat miris, mereka berkelompok kemudian menyebar untuk meminta-minta tak
jarang mereka melakukan tipu muslihat dengan menggendong anak kecil yang
merupakan ‘anak sewaan’ atau mengaku cacat dengan menyembunyikan kaki atau
tangan mereka agar mereka mendapatkan lebih banyak simpati dari orang-orang
yang dijadikannya sasaran. Saya tidak akan membahasnya lebih lanjut, karena
saat saya menulis tentang hal-hal seperti ini hati saya tiba-tiba sakit entah
karena marah atau prihatin dengan keadaan yang kita ciptakan sendiri.
Poin pada kalimat “orang-orang bertelanjang kaki, bertelanjang
tubuh, fakir, menggembala kambing sedangkan mereka berlomba-lomba meninggikan
bangunan” adalah orang-orang yang bertingkah seolah-olah selalu kekurangan
sedangkan mereka suka meninggikan bangunan-bangunan, dalam artian sebenarnya
mereka adalah orang yang kaya tapi tetap bertingkah seolah miskin dan tidak mau
mensyukuri apa yang telah mereka miliki.
Tanda-tanda kiamat bukan hanya
dua poin yang saya jabarkan diatas, tentu kita sudah mendapat pelajaran yang
menerangkan tentang tanda-tanda lainnya seperti kemunculan dajjal, terbitnya
matahari dari barat, turunnya isa al masih dan yang lainnya. Tapi dari poin
diatas tentu jika kita meresapinya kita akan merasa miris, karena dua poin
tanda kiamat diatas sudah ada di kehidupan keseharian kita. Itu berarti kiamat
sudah sangat dekat sedangkan kita belum memiliki cukup bekal untuk
menghadapinya.
اللّهُمَّ اغْفِرْلَنَا
Sekian ulasan singkat ini, semoga kita tetap dalam lindingan Allah dan
kelak mendapat syafaat Rosululloh.
Amin ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar