Sabtu, 22 Juli 2017

Nabi dan shohabat dalam sebuah majlis

Suatu saat Nabi dan beberapa shohabat duduk dalam sebuah majlis, kemudian datang seorang pria dengan baju yang putih bersih dan rambut yang hitam legam.
“Andaikan dia adalah orang yang datang dari negeri yang jauh kenapa pakaiannya tak lusuh, mukanya bersih dan rambutnya tak kusut? Jika di datang dari tempat yang dekat kenapa tak satupun dari kita mengenalnya?”
Kemudian pria itu duduk tepat dihadapan nabi, menyandarkan lututnya kepada lutut nabi dan meletakkan tangannya diatas kedua paha nabi lantas bertanya
“wahai Muhammad, jelaskan padaku apa itu Islam?”
“Islam adalah ketika engkau mengucap dua kalimat syahadat, mendirikan sholat, berpuasa pada bulan ramadlan, membayar zakat dan berhaji bagi yang mampu” jawab Nabi.
“engkau benar” sahut pria itu.
Para shohabat terheran “beraninya dia bertanya kepada Nabi dan kemudian membenarkan jawaban Nabi”

“jelaskan padaku apa itu Iman?” pria itu kembali bertanya
“Iman adalah ketika engkau percaya kepada Allah, para malaikat Allah, kitab-kitab Allah, para utusan Allah, hari kiamat serta Qodlo’ dan Qodar Allah baik itu ketetapan yang baik ataupun buruk”
“engkau benar” kata pria itu
Para shohabat kembali heran dengan tingkah laku pria tak dikenal itu.
“jelaskan padaku apa itu Ihsan?”
“ihsan adalah ketika engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat Allah, atau jika engkau tak melihat-Nya. Allah tetap melihatmu”
“kapan terjadi hari Kiamat?
“tidaklah yang ditanya lebih tahu dari yang bertanya” jawab Nabi
“kalau begitu jelaskan padaku tanda-tandanya”
“kau akan melihat budak wanita (ammat) melahirkan tuannya, orang-orang bertelanjang kaki, bertelanjang tubuh, fakir, menggembala kambing sedangkan mereka berlomba-lomba meninggikan bangunan”
Kemudian pria tak dikenal itu pergi dari majlis ini. Beberapa saat para shohabat terdiam karena masih heran dengan apa yang barusan dilihat oleh mereka.
“wahai Umar,” Nabi Muhammad bertaya kepada Shohabat Umar bin Khattab “tahukah engkau siapa yang baru saja datang tadi?”
“Allah SWT dan utusannyalah yang tahu” jawab Umar
“dia adalah malaikat Jibril, dia datang kesini untuk mengajarkan agama secara langsung”
.....................
Kisah diatas disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim, ditulis sebagai hadits kedua dalam kitab Arba’in Nawawi yang kembali saya pelajari dalam ramadlan tahun ini. tahun 1438 Hijriyah.
Dalam hadits tersebut Nabi menjelaskan tentang:
1.       Islam
2.       Iman
3.       Ihsan
4.       Tanda-tanda hari kiamat
Saya fikir poin-poin dalam Islam, Iman dan Ihsan sudah cukup mudah dipahami. Atau mungkin jika saya berkesempatan, insya allah saya akan membuat artikel lain yang membahas ketiga hal tersebut.
Dalam artikel ini saya akan menjelaskan tanda hari kiamat dalam hadits diatas, karena menurut saya jika hanya membaca hadits diatas sekilas masih tampak rancu. Kemudian saya menanyakan maksud dari poin terakhir hadits diatas kepada Ustadz saya. Bukan Ustadz google tentunya. Berikut penjelasan singkatnya.
“kau akan melihat budak wanita (ammat) melahirkan tuannya, orang-orang bertelanjang kaki, bertelanjang tubuh, fakir, menggembala kambing sedangkan mereka berlomba-lomba meninggikan bangunan”
Budak wanita atau dalam bahasa arab disebut ammat melahirkan budaknya. Ini berarti ketika seorang wanita melahirkan anak-anak mereka, ketika anak-anak itu tumbuh besar dan menjadi orang yang sukses nan kaya, mereka menjadikan ibu mereka sebagai budak dalam bahasanya pembantu. Meskipun tidak akan ada yang mengaku bahwa mereka menjadikan ibunya sebagai pembantu, namun kita semua mengerti bahwa sekarang ini telah banyak orang-orang menjadi kaya dan memperlakukan ibunya sebagai pembantu. Na’udzu billah min dzalik.
Meskipun miris, tapi inilah yang disebutkan dalam hadits. Para ibu membesarkan anak-anaknya dengan susah payah dalam kemiskinan, namun ketika beranjak dewasa dan menjadi kaya anak ini justru memperlakukan ibunya seperti budak. Menganggap bahwa apa yang diperoleh mereka semata-mata adalah kerja keras mereka sendiri. Semoga kita semua terhindar dari sifat ahli neraka ini. Amin ...
Yang kedua, orang-orang bertelanjang kaki, bertelanjang tubuh. Maksudnya adalah keadaan yang seperti sekarang ini. Orang-orang menganggap mereka telah berbusana padahal sebenarnya mereka masih telanjang. Berpakaian dengan kain yang bahkan tak cukup untuk menutupi tubuhnya, atau mereka merasa telah menutup aurot padahal mereka memperlihatkan lekuk tubuhnya.
Berpakaian bukan sekedar membungkus diri tapi menutup diri. Apa perbedaannya? Membungkus berarti kita masih dapat melihat bentuk isinya seperti jika diumpamakan makanan, seperti sosis yang terbungkus tapi masih nampak bentuk sosisnya itu sendiri, memangnya mau diumpamakan seperti sosis? Atau baju longgar tapi masih tetap nampak bentuk tubuhnya jika diumpamakan makanan, seperti cilok yang dibungkus plastik bening yang jelas terbungkus tapi masih terlihat bentuk ciloknya. Masa iya kita ini sama seperti cilok? Untuk tahu bagaimana syariat berpakaian yang benar, mari sama-sama kita kembali mencari ilmu dari para asatidz, jangan hanya sekedar mengikuti trend yang belum tentu sesuai dengan syariat.
Selanjutnya  kalimat “fakir, menggembala kambing”. Pada bulan ramadlan telah menjadi tradisi suatu fenomena sosial dimana orang-orang akan berbondong-bondong datang ke makam-makam para wali bukan untuk berziarah melainkan untuk mengemis, padahal belum tentu orang yang memberi lebih kaya dari yang mengemis. Saya tidak akan membahas pahala orang yang memberi, tidak. Yang saya sayangkan adalah mental orang-orang yang lebih suka meminta-minta dengan memanfaatkan momen bulan ramadlan yang  faktanya orang akan lebih mudah bersedekah pada bulan ini. Dan hal ini tidak berhenti pada bulan ramadlan saja. Aktivitas para pengemis di kota-kota besar lebih terorganisir. Hal ini sangat miris, mereka berkelompok kemudian menyebar untuk meminta-minta tak jarang mereka melakukan tipu muslihat dengan menggendong anak kecil yang merupakan ‘anak sewaan’ atau mengaku cacat dengan menyembunyikan kaki atau tangan mereka agar mereka mendapatkan lebih banyak simpati dari orang-orang yang dijadikannya sasaran. Saya tidak akan membahasnya lebih lanjut, karena saat saya menulis tentang hal-hal seperti ini hati saya tiba-tiba sakit entah karena marah atau prihatin dengan keadaan yang kita ciptakan sendiri.
Poin pada kalimat “orang-orang bertelanjang kaki, bertelanjang tubuh, fakir, menggembala kambing sedangkan mereka berlomba-lomba meninggikan bangunan” adalah orang-orang yang bertingkah seolah-olah selalu kekurangan sedangkan mereka suka meninggikan bangunan-bangunan, dalam artian sebenarnya mereka adalah orang yang kaya tapi tetap bertingkah seolah miskin dan tidak mau mensyukuri apa yang telah mereka miliki.
Tanda-tanda kiamat bukan hanya dua poin yang saya jabarkan diatas, tentu kita sudah mendapat pelajaran yang menerangkan tentang tanda-tanda lainnya seperti kemunculan dajjal, terbitnya matahari dari barat, turunnya isa al masih dan yang lainnya. Tapi dari poin diatas tentu jika kita meresapinya kita akan merasa miris, karena dua poin tanda kiamat diatas sudah ada di kehidupan keseharian kita. Itu berarti kiamat sudah sangat dekat sedangkan kita belum memiliki cukup bekal untuk menghadapinya.
اللّهُمَّ اغْفِرْلَنَا
Sekian ulasan singkat ini, semoga kita tetap dalam lindingan Allah dan kelak mendapat syafaat Rosululloh.

Amin ..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar